“Ayah, Adik punya mainan baru…” kata seorang anak kepada Ayahnya yang sibuk di meja kerja.
“Maaf, Ayah masih banyak kerjaan ya Nak….sana main sama Ibumu…!” kata sang Ayah tanpa menoleh.
“Tap Ibu juga sibuk Yah….lagian kok Ayah sibuk kerja terus sih….kapan mainnya sama Adik…!” sang Anak mulai merajuk.
“Sudah sana…..!!! Tahu ndak Ayah sedang sibuk….!!!” kali ini bentakan sang Ayah mengagetkan sang Anak.
“Yah udah kalau gitu mainannya saya taruh sini…nanti kalau Ayah sudah selesai kerja…tolong cari Adik yaa….!” kata sang Anak beranjak pergi sambil memandangi sosok workaholick itu dengan mata berkaca-kaca.
………………………………………………………………….
Beberapa hari kemudian, terlihat seorang laki-laki menangis di atas sebuah pusara/makam seorang anak. Sambil bercucuran air mata dia berkata: “Maafkan Ayah ya Dik…..Selama ini seakan-akan ayah tidak ada waktu buat bermain denganmu….Kini engkau telah pergi meninggalkan Ayah…..Kau tinggalkan mainan ini buat Ayah….Dik ini Ayah….main yuk….!!!”
Dengan pandangan hampa ditatapnya makam anaknya….yang wafat karena sebuah kecelakaan beberapa hari yang lalu, ketika bermain ke rumah temannya.
………………………………………………………………………….
Saudara, ini adalah nasehat buat kita semua…Jangan sampai karena mencari nafkah kita melupakan “bermain” bersama orang-orang tercinta.
Karena SESUNGGUHNYA APAPUN YANG KITA RAIH TIADA BERGUNA, ketika mereka merasa sebagi orang asing di dekat kita, TERABAIKAN…
SALAM TRANSFORMASI….!
Askan Setiabudi