Sutardjo A. Wiramihardja
Guru Besar Emeritus Psikologi
Universitas Padjajaran
Kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti diri sendiri dan orang lain sudah tercatat sejak awal kehidupan. Bisa jadi, hal itu terjadi karena manusia adalah makhluk individual sekaligus juga makhluk sosial (homo socius). Untuk menentukan langkah orang lain, harus kita persiapkan. Bahkan, memahami siapa saya dan siapa dia merupakan tanda bahwa manusia lebih daripada makhluk lainnya (bukan infra human). Untuk Menetukan saya atau anak saya atau seseorang mau jadi apa kelak pun semakin menjadi kebutuhan. Untuk itu, yaitu mencari petunjuk apa yang dapat digunakan.
Baik Setelah tahun 1937-an—setelah subdisiplin kepribadian dalam psikologi dibangun—maupun sebelumnya, pada kedua masa tersebut, telah banyak usaha yang dilakuakan. Ada yang berorientasi pada lam, termasuk bintang-bintang, lingkungan sosial, dan badan sendiri. Palmistry—ilmu gurat tangan dari Mesir—misalnya, merupakan salah satu usaha yang sampai saat ini masih ditemukan dalam bebrbagai macam situasi (setting). “Bentuk peramalan seperti ini”—yang dianggap paling penting dalam psikologi pada era ilmu pengetahuan saat ini—dikenal dengan nama telah kepribadian, studi kepribadian, atau psikologi kepribadian, atau kepribadian saja.
Semula, studi kepribadian dalam peramalan lebih bertindak atas dasar diri individu yang bersangkutan, melanjutkan cara berpikir para pemikir terdahulu, baik melalui penemuan saat ini maupun dengan menelaah riwayat kehidupannya sendiri. Sejalan dengan perkembangan keilmuan dalam psikologi, khususnya saat berkuasanya IPA dalam perkembangan pengetahuan, pemahaman psikologi mengarah pada penekanan pola pikir”responsindividual terhadap lingkungan”.
Namun, lingkungan itu berbeda-beda; kehadirannya pun dihitung atas efektifitas atau dampaknya terhadap individu. Sangat sulit memperhitungkan dampak lingkungan: macamnya berbeda-beda, intensitasnya pun berbeda-beda, belum lagi pemaknaan personal terhadapnya. Sekitar abad yang lalu, William Sternmelakukan penelitian monumentalyang belum tertandingi. Penemuannya adalah bahwa perilaku orang 49,1% ditentukan olehciri khas pribadinya dan 50,9% oleh lingkungannya. Disebabkan “lebih mudah” mencari ciri pribadi daripada mengukur pengaruh lingkungan, terutama sosial-budaya, perhatian terhadap ciri-ciri individual dianggap sangat penting. Kontribusinya yang besar itu, 49,1%, sangat menjajikan ketepatan dugaan yang dilakukan atas dasar ciri-ciri tersebut.
Dalam peramalan pada awal psikologi—sebelum Watson dan Wundt—kepribadian ditandai oleh sisi biologis (seperti bentuk wajah dan rajah telapak tangan), pendidikan karakter (pendidikan di rumah masa sebelum usia 5—6 tahun), dan lingkungan aktual (terutama sosial). Sisi biologis, gene-neuro-faal, menempati kedudukan penting dalam abad ilmiah (dilandasi Descartes dan Locke sepanjang abad ke 17—18, selanjutnya dbidani Immanuel Kant pada pertengahan abad 18—19). Ketika para peneliti di bidang ilmu sosial dan ilmu budaya masuk keranah psikologi, saat medical Psycology lahir pada 1890-an, didukung aktivitas Wundt yang melahirkan banyak doktor psikologi ilmiah (antara lain, Witmer dan Munsterberg) dari laboratoriumnya, sisi biologis terangkat lebih tinggi lagi. Hal itu terjadi karena biopsikologi, sebagai salah satu tonggak utama psikologi dasar, menjadi ilmu penting. Artinya, psikologi kembali pada habitat awalnya sebagai anggota rumpun ilmu biologi. Hal itulah yang tamapaknya membuat psikologi abad ke-21 ini mempunyai kecenderungan ke arah ilmu-ilmu persyarafan, neuro-science(s).
Dalam sudut pandangan demikianlah, saya memandang positif “Analisis Jejak Sidik Jari” Jadi, analisis ini didasari keyakinan bahwa gene itu juga muncul atau menggejala dalam bentuk struktur dari gurat-gurat badan di jari. Bisa jadi, hal itu berhubungan dengan adanya syaraf di daerah yang bersangkutan. Jadi, secara logika, akhirnya diyakini bahwa ada korelasi antara kepribadian dan jejak jari individu. Yang masih perlu terus digali adalah berapa nilai signifikansinya. Secara ilmiah, penelitian ini penting, bukan hanya penggunaanya, karena ilmu pengetahuan memiliki kaidah dan keyakinan dasar, bahwa kebenaran sejati adalah kebenaran berupa kesimpulan logis, teoritis, yang divalidasi oleh eksperimentasi.
Dengan demikian, terhadap banyaknya praktisi “Analisis Jejak Sidik Jari”, saya bersikap skeptis ala rusia: “Saya percaya, tetapi sebelum digunakan, mari buktikan dulu secara ilmiah (dalam eksperimen)”. Saya tidak suka menggunakan skeptis Inggris yang menjadi ciri berfikir ilmiah Barat berupa peryataan, “Saya tidak percaya, sebelum kau membuktikannya”. Ilmu pengetahuan haruslah kreatif agar berkembang secara terus-menerus sehingga pelakunnya harus mendapat keleluasaan mengembangkan hasil pemikirannya. dan, pembuktian memang mutlak. Tujuannya tentu saja untuk mengetahui secara jelas berapa ketepatan yang akan disajikan hasil analisis ini. Apakah hasil itu berupa suatu deskripsi sifat-sifat (trait description) saja atau dapat diangkat ke arah dinamika kepribadian yang masih merupakan tanda sesensial psikologi dalam kelompok studi atau ilmu-ilmu perilaku. Selain itu, hasil tersebut juga masih perlu dikembangkan dan teliti karena secara biologis manusia tidak universal dalam segala hal. Sebagai contoh, ada “kabar” bahwa orang berkulit putih memiliki unsurnadan yang memungkinkan lebih tahan terhadap alkohol daripada orang-orang yang berkulit cokelat. Jadi, bukan tidak mustahil penemuan pada sisi bilogis tertentu di etnis atau bangsa tertentu akan berbeda dengan sisi biologis tertentu di etnis atau bangsa lainnya.
Oleh karena itu, dalam menyambut lahirnya buku ini, ada pesan penting untuk disampaikan bahwa selain memasarkan ilmu ini, ada baiknya untuk terus melakukan validitas dan reliabilitasnya secara intensif bagi penelitian di indonesia.
Bandung, Juni 2012
Sutardjo A. Wiramihardja
Guru Besar Emeritus Psikologi Universitas Padjajaran
Untuk pemesanan rafting di Songa Rafting Probolinggo, Kasembon Rafting Malang, KaliWatu Rafting Batu, Batu Alam Rafting, Pacet Rafting, Kediri Rafting dan Rafting di Jatim SILAHKAN MENGHUBUNGI KAMI.
Untuk konsultasi dan booking Training Motivasi di Malang, Outbound di Malang, Wisata di Malang, Travel di Malang dan Hotel di Malang yang sesuai dengan kebutuhan tim Anda, Silahkan menghubungi office kami untuk informasi lebih lanjut:
JAKARTA
Jl. Rawamangun Muka Raya No. 5 RT. 4 RW. 14 Rawamangun – Jakarta Timur 13220
Mobile: 081 334 664 876 / 0858-5549-4440
SURABAYA
Jl. Nginden Semolo 44 Surabaya
Mobile: 087 836 152 078 / 085 755 059 965
MALANG
Perum Taman Landungsari Indah N1 Malang
0858-5549-4440 (Arina)
0878-3615-2078 (Ibu Dini)
0858-4027-8033 (Ibu Olla)
0895-1481-0211 (Bapak Muchtar)
0857-5505-9965 (Bapak Zidan)
Email : indonesia.tips@gmail.com